Kreativitas bangsa Indonesia dalam menciptakan suatu Inovasi bisnis patut di acungi jempol. Buktinya, Indonesia menjadi negara peringkat ke-2 di Asia yang paling banyak melahirkan startup di kawasan Asia. Sedangkan di dunia, Indonesia menduduki posisi ke-5 setelah Amerika Serikat, India, Inggris dan Kanada. Hasil riset dari Startup Ranking yang dikutip dari Katadata.co.id, Indonesia berhasil menorehkan 2.074 jumlah startup.
Melihat fenomena besar seperti itu, Pemerintah Republik Indonesia tancap gas dengan menargetkan 3.500 Startup pada 2024. Hal ini ditengarai untuk meningkatkan daya saing baik dari produk maupun sumber daya manusia dan juga sebagai strategi mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
Target ini sejatinya memang harus dikejar oleh Indonesia, mengingat ekspor Indonesia masih sangat bergantung kepada nilai ekspor Migas yang sebenarnya juga sedang tergerus defisit. Hal ini makin diperparah dengan merosotnya ekspor Non-Migas di Indonesia yang hanya tumbuh sekitar 6,25% atau sekitar 3,8 Miliar USD. Sementara Impor di sektor Non-Migas mencapai 19,71%.
Salah satu cara untuk mendongkrak ekspor Non Migas dan menekan angka impor di sektor Non Migas ialah dengan meningkatkan produk dalam negeri di mata dunia. Namun permasalahannya masih banyak pelaku ekonomi kreatif dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang belum terdigitalisasi, komersil dan internasional. Di tengah majunya dunia digital saat ini, dunia UMKM dan ekonomi kreatif masih dibilang minim yang terdigitalisasi dengan baik. Padahal, dua sektor ini sangat menjanjikan untuk menyumbang Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pada 2018, sektor UMKM telah berhasil menyumbangkan 60,3% terhadap PDB. Sementara Industri kreatif telah menyumbangkan 41 triliun rupiah terhadap PDB.
Pemerintah Republik Indonesia sudah berusaha menggenjot sektor ini. Buktinya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menjalankan Program E-Smart yang menjangkau 5.945 industri kecil dan menengah (IKM) sepanjang 2017-2018. Program yang memberikan edukasi pemanfaatan teknologi digital itu ditargetkan menjangkau 10 ribu pelaku IKM sampai akhir tahun 2019. Program yang bergulir sejak 2017 ini mencakup sembilan komoditas yakni makanan dan minuman, logam, perhiasan, herbal, kosmetik, fashion, industri telematika, kerajinan, dan furnitur.
Dari segi finansial dan permodalan, sektor UMKM dan Startup kini juga bisa bernafas lega karena Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akhirnya memberikan ruang bagi perusahaan kecil dengan jumlah modal kurang dari Rp 30 miliar untuk melakukan penghimpunan dana dari publik di luar pasar modal. Mekanisme ini dinamakan Layanan Urun Dana melalui penawaran saham berbasis teknologi informasi (equity crowdfunding).
Tapi pertanyaannya, mengapa UMKM dan Industri Kreatif masih belum bisa terdigitalisasi dengan baik sehingga produk asli Indonesia dapat berkibar di mancanegara? Hal ini menandakan UMKM dan startup membutuhkan satu solusi agar produk mereka bisa berkembang dan melebarkannya ke mancanegara.
Cara MIND Marketplace Internasionalkan UMKM Indonesia
Di tengah dorongan revolusi industri 4.0, Indonesia saat ini memiliki satu paltform bisnis e-commerce yang siap memberikan semua solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh UMKM dan perusahaan startup mulai dari kurangnya pemahaman terhadap bisnis di era digital, kurangnya permodalan dan finansial hingga cara mengekspor produk ke luar negeri.
Hadir dengan nama madeinindonesia.com (MIND), platform marketplace B2B2C ini siap melayani dan mengayomi bisnis UMKM Indonesia agar lebih terdigitalisasi, komersialisasi dan internasionalisasi. MIND marketplace merupakan toko serba ada bagi bisnis Indonesia untuk meningkatkan kekuatan Internet untuk terlibat dalam perdagangan dan perdagangan internasional.
Bagaimana cara MIND Marketplace mendobrak pasar internasional? Ini yang menarik. Bahwa hadirnya MIND Marketplace merupakan jawaban yang dinantikan oleh bisnis UMKM di Indonesia yang ingin melebarkan sayap ke mancanegara. MIND bekerjasama dengan lebih dari selusin lembaga pemerintah mulai dari Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Lembaga Pengembangan Perdagangan Luar Negeri, organisasi internasional seperti Britcham, perwakilan perdagangan di lebih dari 6 negara.
MIND akan membantu UMKM Indonesia mengatasi banyak peraturan perdagangan dan memudahkan usaha kecil melakukan perdagangan luar negeri. Sehingga mereka bisa paham mengenai peraturan perdagangan di luar negeri.
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)-Indonesia Eximbank (IEB) juga tak luput dari kerjasama dengan MIND Marketplace. Kerjasama dengan LPEI dan IEB ini dilakukan untuk mendukung program ekspor nasional melalui pembiayaan ekspor nasional yang disediakan dalam bentuk pembiayaan, jaminan, asuransi dan layanan konsultasi. Itulah sebabnya MIND bermitra dengan organisasi jaringan internasional seperti Jaringan bisnis internasional dengan lebih dari 230.000 profesional bisnis dari beragam latar belakang bisnis. Hal ini yang tidak dijumpai oleh marketplace lainnya. Sehingga MIND Marketplace akan memberikan lebih daripada sebuah paltform e-commerce.
Selain itu MIND juga bertujuan untuk berkolaborasi dengan banyak pameran dan pameran dagang internasional terkemuka seperti AgQuip untuk produk pertanian, CEBIT untuk teknologi dan produk informasi, pameran teknis internasional untuk industri mesin besar dan banyak lagi.
MIND Marketplace juga dilengkapi dengan Manajemen Informasi Produk (PIM) yang menyediakan konten produk tepercaya untuk perdagangan terpadu, informasi produk yang relevan untuk segmen mikro, dan wawasan produk untuk meningkatkan loyalitas pelanggan. Solusi PIM menyelaraskan imperatif transformasi digital suatu perusahaan dengan meningkatkan keunggulan operasional dan terlibat dengan pelanggan selama siklus hidup pembelian mereka. Solusi PIM menjaga semua pengguna bisnis pada halaman yang sama di seluruh ekosistem aplikasi dengan menghubungkan dengan kumpulan data, data vendor, pasar, platform eCommerce dan solusi Manajemen Aset Digital.
Manajemen Informasi Produk akan membantu meningkatkan penjualan dengan menyediakan produk yang tepat untuk pelanggan yang tepat pada waktu yang tepat, mempercepat pengenalan produk baru, mengurangi biaya rantai pasokan dan mengidentifikasi hambatan melalui pelaporan yang lebih baik. Dengan demikian UMKM dan Industri Kreatif bisa terdigitalisasi dengan baik sehingga produk asli Indonesia dapat berkibar di mancanegara. Alhasil, sektor ekspor Non Migas pun terdongkrak dengan kehadiran MIND Marketplace.