Indonesia sebagai sebuah negara berkembang telah menetapkan sebuah agenda besar yang serius untuk mendayagunakan manfaat dari teknologi digital bagi individu, bisnis, perusahaan besar dan perusahaan yang baru di rintis. Target Indonesia pada 2020 mendatang menjadi sebuah negara digital terbesar se-ASEAN. Mampukah Indonesia merealisasikan hal tersebut? Bagaimana caranya? Apakah semua sektor bisnis sudah tersentuh dengan digitalisasi sehingga bisnis asli Indonesia dapat mengkomersilkan dirinya dan menjadi brand internasional?
Begitulah problematika dunia bisnis Indonesia saat ini. Agenda besar yang dinantikan oleh semua pihak ini akan menjadi sebuah angin segar saja manakala tidak ada bentuk nyata untuk mewujudkannya. Bagi sebuah korporasi besar mungkin istilah digitalisasi sudha begitu familiar dan mereka siap untuk menyambutnya dengan baik. Namun masalah timbul bagi korporasi di sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Faktanya, Data dari McKinsey menyebutkan bahwa hanya 9% UKM di Indonesia yang sudah Go-Digital.
Berdasarkan paparan dari McKinsey Global Institute dalam The New Era of Global Flows jumlah bandwith jika dihitung sejak tahun 2005 sudah naik 45 kali lipat. Jumlah ini diprediksi akan bertambah 9 kali lipat untuk masa lima tahun kedepan seiring dengan terus meningkatnya perkembangan arus informasi, pencarian, komunikasi, video, transaksi dan lalu lintas intra perusahaan. Karena itu, perdagangan digital sangatlah penting, tidak hanya sebagai cara untuk meningkatkan dan mendiversifikasi basis ekspor Indonesia namun juga untuk mendukung perusahaan-perusahaan Indonesia dalam memanfaatkan teknologi digital di setiap sektor ekonomi mulai dari korporat besar hingga Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Terlebih sektor UMKM yang jumlahnya mencapai 65 juta orang dan menjadi salah satu penopang bertumbuhnya pereknomian di Indonesia harus menyadari betul akan pentingnya digitalisasi, komersilisasi dan Internasionalisasi. Ketiga poin ini akan terwujud manakala sektor UMKM sudah tersentuh digitalisasi dengan baik.
Ada banyak manfaat yang bisa dicapai oleh pelaku bisnis UMKM di Indonesia jika sudah terdigitalisasi dengan baik dan melakukan perdagangan digital. Perdagangan digital bisa menciptakan dampak yang sangat signifikan bagi perekonomian domestik Indonesia. Perdagangan digital sangat memungkinkan pencapaian efisiensi biaya bagi perusahaan, memasuki pasar baru dan menghasilkan wawasan yang lebih baik dari data yang tersedia.
Perdagangan digital mendukung terjadinya kolaborasi, adopsi praktik bisnis yang efisien seperti kemampuan mengakses rekening bank secara waktu nyata meski berada di luar negeri dan mendukung manajemen rantai pasokan global misalnya pelacakan kontainer ekspor menggunakan teknologi Internet of Things (IoT).
Saat ini, nilai ekonomi dari manfaat yang didukung oleh perdagangan digital bagi perekonomian Indonesia diperkirakan bernilai 125 triliun rupiah atau sekitar 9 miliar USD. Angka tersebut setara dengan 0,9% dari PDB Indonesia, sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia yang bisa di angka 2%. Jika diberdayakan secara maksimal, sektor domestik Indonesia bisa berkembang hingga lebih dari 18 kali lipat atau mencapai 2,3 triliun rupiah (172 miliar USD) pada tahun 2030.
Namun tentunya dibutuhkan suatu dukungan sistem dan platform bisnis yang kompleks untuk mendorong bisnis asli Indonesia untuk tampil sebagai bisnis yang digital, komersil dan internasional. Hal ini tentunya untuk mendorong produk Indonesia menggapai mancanegara sehingga nilai ekspor non migas di Indonesia dapat terdongkrak dengan signifikan
Di Indonesia, ada banyak platform bisnis yang E-commerce beragam tipe seperti B2B dan B2C. Tak ayal kehadiran brand bisnis E-commerce memang membantu dalam proses pemasaran produk para pemilik bisnis. Namun, apakah masalah sudah selesai? Rasanya tidak, sebab kehadiran platform E-Commerce tersebut hanya bisa disebut sebagai penyedia tempat untuk berjualan secara digital saja.
Faktanya, pebisnis di Indonesia tak hanya membutuhkan platform digital yang menyediakan tempat untuk berjualan secara online. Namun, pebisnis Indonesia khususnya UKM juga membutuhkan edukasi tentang bisnis. Selain edukasi tentunya faktor modal juga menjadi pemicunya. Banyak usaha UKM yang terbentur dengan masalah modal untuk mengembangkan usahanya menjadi lebih besar dan Go-International.
Pertanyaannya, sudahkah ada platform dan sistem yang mampu memudahkan para pebisnis Indonesia? Sehingga pebisnis Indonesia dapat dengan mudah berjualan secara online dan bisa melebarkan sayapnya ke luar negeri. Disamping itu, edukasi dan permodalan juga menjadi nilai tambah bagi pebisnis di Indonesia. Apakah ada solusi untuk menjawab permasalahan itu semua?
MIND Marketplace Solusi Bagi UMKM Indonesia
Setiap permasalahan yang timbul tentunya ada sebuah solusi untuk memecahkannya. Untuk menjawab pertanyaan diatas, maka jawabannya ialah MIND Marketplace. MIND adalah Marketplace B2B2C Internasional (Hibrid) yang mendefinisikan kembali barang dan jasa buatan Indonesia di seluruh dunia sambil mengubah cara barang dan jasa Indonesia dirasakan di pasar domestik & internasional. MIND Marketplace dirancang khusus untuk membantu pembeli, pedagang internasional dan pedagang dalam mencari pemasok Indonesia. MIND Marketplace menyediakan teknologi dasar, infrastruktur digital, dan visibilitas ke UKM Indonesia. Artinya, MIND marketplace bertindak sebagai toko serba ada bagi bisnis Indonesia untuk meningkatkan kekuatan digital serta terlibat dalam perdagangan domestik dan perdagangan internasional.
Edukasi terhadap pebisnis dalam menyongsong perdagangan internasional sangat dibutuhkan di era ini, untuk itu MIND Marketplace meluncurkan MIND Innovation&Solution Center yang dibuat untuk memberdayakan, mendidik, dan membantu melatih sebagian besar dari 65 juta bisnis UMKM Indonesia, yang sebagian besar masih offline atau tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan atau memperluas bisnis online.
MIND Marketplace akan memberikan wawasan mendasar tentang digitalisasi, komersialisasi, dan internasionalisasi usaha kecil dan menengah Indonesia. Targetnya tentu selaras dengan pemerintah untuk meningkatkan sektor UMKM. MIND akan memberikan dukungan offline yang diperlukan bagi sektor mikro untuk online dan kecil, seperti berbagai pelatihan untuk menggunakan teknologi untuk bisnis dan membantu mereka meningkatkan fasilitas keuangan seperti cara mendapatkan pinjaman dari bank. Hal ini selaras dengan permasalahan para pebisnis UKM dalam mendapatkan modal usaha yang maksimal.
MIND juga telah bekerja sama dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) - Indonesia Eximbank (IEB) untuk mendukung program ekspor nasional melalui pembiayaan ekspor nasional yang disediakan dalam bentuk pembiayaan, jaminan, asuransi, dan layanan konsultasi.
Jaringan adalah aspek kunci dari bisnis internasional, itulah sebabnya MIND bermitra dengan organisasi jaringan internasional seperti Jaringan bisnis internasional dengan lebih dari 230.000 profesional bisnis dari beragam latar belakang bisnis. Itu akan membantu bisnis UKM Indonesia terus tumbuh.
Selain itu MIND Marketplace juga berkolaborasi dengan banyak pameran dan pameran dagang internasional terkemuka seperti AgQuip untuk produk pertanian, CEBIT untuk teknologi dan produk informasi, pameran teknis internasional untuk industri mesin besar dan banyak lagi.
Guna mendongkrak penjualan produk Indonesia ke mancanegara, MIND Marketplace telah bekerjasama dengan lembaga pemerintah mulai dari Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Lembaga Pengembangan Perdagangan Luar Negeri, organisasi internasional seperti Britcham serta perwakilan perdagangan di lebih dari 6 negara.
MIND Marketplace akan membantu pebisnis di Indonesia mengatasi banyak peraturan perdagangan dan memudahkan UMKM melakukan perdagangan luar negeri, seperti memastikan dan memahami persyaratan yang diperlukan untuk melakukan ekspor produk di Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional.
MIND Marketplace akan mencari vendor yang mengenal teknologi Enterprise Resource Planing (ERP) in-house solution, analitik prediktif yang tertanam dan kemampuan machine learning agar terintegrasi dengan platform MIND Marketplace.
Untuk vendor kecil dan menengah, penggunaan pertama machine learning memang menjadi tantangan, karena akan memakan biaya yang mahal dan tidak efisien. Juga memerlukan keahlian khusus yang mungkin tak dimiliki oleh vendor. Daripada membentuk tim untuk membangun fungsionalitas ini dari awal, MIND akan menarik vendor untuk bergabung dengan MIND marketplace. Sehingga, mereka dapat memanfaatkan fitur teknologi yang telah diintegrasikan ke dalam MIND untuk menciptakan inovasi dan meningkatkan keuntungan. MIND akan menggali informasi dari setiap vendor terkait pengalaman mereka dalam memelajari machine learning.
Mengolah data dari Enterprise Resource Planing (ERP) untuk mendekati customer dan mendapatkan keuntungan kompetitif. Platform MIND memungkinkan customer untuk meninjau transaksi yang mereka lakukan sebelumnya, mengakses inventaris secara real-time untuk menghindari pesanan yang tidak dapat dipenuhi, dan mengatur dan melacak pemesanan.
Di tengah maraknya penggunaan Artificial Intelligence (AI), MIND Marketplace turut serta menggunakan teknologi ini agar menumbuhkembangkan bisnis UMKM Indonesia untuk masuk dalam dunia pemasaran digital. Bagi pemilik UKM, penerapan kecerdasan buatan (AI) mungkin tampak seperti tantangan yang menakutkan. Padahal, kehadiran kecerdasan buatan (AI) justru akan mempermudah dan dapat mengambil keuntungan banyak dari AI saat ini. Dan seharusnya para pebisnis UKM tidak perlu menunggu para pesaingnya menggunakan terlebih dahulu.
MIND Marketplace akan menghadirkan ChatBot pintar berbasis AI! Teknologi ChatBot Pintar milik MIND Marketplace ini dapat digunakan seperti Manajemen Layanan Pelanggan,Manajemen pemesanan tempat semisal Restoran, Perhotelan, Industri Perjalanan serta Merek produk-produk terkini seperti Fashion dan Kecantikan dan lainnya.
Dengan menggunakan teknologi ini, para UKM di Indonesia akan menghemat uang dengan menghindari biaya yang sia-sia dari upaya pemasaran yang gagal seperti iklan berkinerja buruk, personalisasi yang malas, kesalahpahaman pemirsa dan siapa yang membutuhkan iklan dan sejenisnya. Mereka juga akan menghemat waktu, yang mana pada akhirnya menemukan strategi yang efisien dan hemat biaya untuk mengumpulkan dan menganalisis data serta bergerak cepat untuk membuat keputusan yang lebih baik.