Mendobrak Market E-Commerce Di Industri 4.0

28 Jun 2019

Potensi ekonomi digital di Indonesia hampir pasti bisa dinilai sangat menjanjikan. Bukan sebuah rahasia umum lagi bahwa ekonomi digital masih menyisakan ruang yang begitu luas untuk menggarapnya. Paling tidak, sejak lima hingga enam tahun silam kita saat ini menyaksikan perusahaan dengan menerapkan teknologi digital terus tumbuh hingga mendapatkan status Unicorn. Tengok saja seperti Gojek yang telah memiliki valuasi sedikitnya 1 Miliar USD.

 

Diluar itu, masih banyak sejumlah perusahaan yang terbilang besar dengan menawarkan ragam produk serta layanan bahkan hingga hiburan. Artinya, ceruk pasar digital ini memang sangat menggiurkan untuk dinikmati. Saat ini sedang hits nya platform pembayaran berbasis QR Code. Bahkan QR Code ini sangat lumrah muncul di aplikasi pembayaran. Padahal, lima hingga enam tahun silam QR Code sudah muncul, namun saat itu masih sedikit sekali yang menawarkan serta yang menggunakan.

 

Maraknya pemain platform digital saat ini, mungkinkah potensi ekonomi digital di Indonesia tetap baik? Jawabannya bisa saja iya. Pasalnya menurut data analisis Ernst & Young, pertumbuhan nilai penjualan bisnis online di Indonesia setiap tahun meningkat 40%. Tercatat, ada sekitar 93,4 juta pengguna internet dan 71 juta pengguna perangkat Smartphone di Indonesia. 

 

Tak hanya sekadar untuk mencari informasi dan chatting, masyarakat di kota-kota besar kini menjadikan internet terlebih lagi E-commerce sebagai bagian dari gaya hidup mereka. Perilaku konsumtif dari puluhan juta orang kelas menengah di Indonesia menjadi alasan mengapa E-commerce di Indonesia akan terus berkembang.

 

Berbicara tentang E-commerce, sebuah riset dari McKinsey & Company pada Agustus 2018 lalu merilis hasil riset mengenai status industri E-commerce Indonesia. Menurut riset tersebut, Indonesia merupakan negara dengan pasar E-commerce terbesar di ASEAN. Tercatat, kontribusi Indonesia mencapai 50% dari semua transaksi wilayah.

Bertumbuhnya sektor E-commerce ini diperkirakan terjadi karena lima faktor utama, antara lain:

 

1. Besarnya Penggunaan Smartphone

5-smartphone-terbaik-harga-rp1-jutaan-yl

Merebaknya pengguna smartphone menjadi pemicu utama. Rakyat Indonesia yang memiliki smartphone saat ini mencapai 40% dari total populasi atau sekitar 106 juta orang. Mengapa demikian? Karena banyaknya smartphone dengan harga murah dan terjangkau ditambah lagi dengan Harga paket data seluler yang relatif murah dibanding negara Asia Tenggara lain turut memudahkan konsumen berbelanja dengan perangkat mobile.

 

2. Besarnya Jumlah Konsumen Usia Muda

entrepeneur_2018_09_03_110527_big.jpg?15

Faktor kedua ialah 87 juta jiwa atau sepertiga populasi Indonesia berusia 16-35 tahun, dan sekitar 100 juta orang kini terdaftar di bank. Artinya, jumlah usia muda banyak yng sudah melek pentingnya digital sehingga berpengaruh dalam peningkatan E-commerce.

 

3. UKM Mulai Menyentuh DIgital

Digital400_ula7g2.jpg?1561691819548

Total bisnis online di Indonesia telah meningkat hingga sekitar 4,5 juta pada 2017. Dari jumlah tersebut, sekitar 99% adalah pengusaha mikro dengan pendapatan kurang dari Rp300 juta tiap tahun dan 50% adalah bisnis online tanpa toko fisik. Artinya, UKM mulai ikut menyerbu dalam mendongkrak pasar E-commerce Indonesia.  

4. Dukungan Pemerintah

business-people-support-and-shaking-hand

Pemerintah Republik Indonesia bagaimapun sangat mendukung majunya bisnis di Indonesia. Guna mendorong pertumbuhan, Pemerintah Republik Indonesia telah meluncurkan berbagai program untuk menunjang ekonomi digital, seperti pembangunan jaringan Palapa Ring. Sejumlah faktor pendukung lain meliputi keterbukaan relatif pemerintah terhadap investasi asing, peluncuran Perpres mengenai roadmap e-commerce pada 2017, serta hadirnya inkubator buatan instansi negara seperti IDX Incubator dari Bursa Efek Indonesia.

Prediksi dari McKinsey juga menyebutkan bahwa E-commerce Indonesia akan tumbuh 8 kali lipat di tahun 2019. Dari total pembelanjaan online 8 Miliar USD di 2017 menjadi 55-65 Miliar USD di 2020. McKinsey juga memprediksi penetrasi belanja online masyarakat Indonesia akan meningkat menjadi 83% dari total pengguna internet, atau meningkat sekitar 9% dibanding penetrasi belanja online di 2017.


Empat Pilar E-Commerce Di Industri 4.0

Disamping itu, munculnya isu Revolusi Industri 4.0 di Indonesia membuat pegiat E-commerce menjadi terus melakukan inovasi dalam hal memacu platform bisnisnya. Pegiat industri ini perlu menyiapkan diri secara optimal seupaya eksistensinya semakin kuat dan kontribusi terhadap perekonomian di Indonesia juga semakin besar.

Riset penelitian dari IPSOS Indonesia mengemukakan setidaknya ada 4 pilar utama dalam menyambut Industri 4.0 Indonesia untuk para pegiat E-commerce. 4 pilar itu antara lain :

1. Infrastruktur

Menurut Ipsos, infrastruktur dapat memudahkan pelaku industri e-commerce dalam berinovasi. Selain itu, infrastruktur yang mumpuni juga akan memperbaiki proses pengiriman barang yang dibeli secara daring lewat situs e-commerce.

2. Adopsi teknologi

Adopsi teknologi dari konsumen dan mitra menjadi penting. Hal itu berkaitan dengan penerimaan mereka akan inovasi berbasis teknologi yang nantinya diciptakan oleh para pelaku bisnis.  Perdebatan online dan offline sering terjadi. Perlu diingat, Revolusi ini mengombinasikan manufaktur dan teknologi, bukan meniadakan offline, tapi memberdayakan.

3. Inovasi berbasis riset 

Pelaku E-commerce ada baiknya melakukan riset terlebih dahulu dalam mengeluarkan sebuah inovasi. Tanpa adanya riset, maka inovasi yang dikeluarkan akan terkesan mubazir dan tidak dimaksimalkan dengan baik.

4. Dapat Meningkatkan Kreatifitas Pelaku Bisnis 

Di Indutri 4.0 pera pegiat E-commerce sejatinya mampu meningkatkan kreatifitas pelaku bisnisnya. Dengan begitu, para pelaku bisnis dapat memanfaatkan platform E-commerce secara maksimal. Pegiat E-commerce harus mampu membuat semacam pelatihan kepada para pelaku bisnis agar konsep digitalisasi kepada para pelaku bisnis dapat terserap dengan baik.

Dari data yang IPSOS Indonesia rilis, sejatinya E-commerce Indonesia dalam menghadapi industri 4.0 menanamkan pilar-pilar tersebut. Namun, pada praktiknya sudahkah E-commerce di Indonesia menerapkannya dengan sempurna? Inilah poin yang perlu dipecahkan sumber masalahnya.

 

MIND Marketplace Tanamkan Empat Pilar E-Commerce Industri 4.0

MIND Marketplace merupakan B2B marketplace 4.0 pertama yang memberdayakan dan mengedukasi UKM untuk masuk ke dunia digital, menjadi lebih komersil dan berskala international dengan cara memudahkan Buyer global untuk menemukan beragam produk-produk  asli Indonesia dan melakukan transaksi pembelian serta penjualan dalam satu platform yang cepat dan mudah.

Berbicara 4 pilar E-commerce di industri 4.0, MIND Marketplace hadir untuk mendorong dan mensupport lini bisnis di Indonesia. Dari sektor Infrastruktur, MIND Marketplace memiliki insfrastruktur yang kompeten dan mampu menjawab setiap pemasalahan bisnis. MIND Marketplace menggunakan cloud hosting dengan penyebaran resources di antara dan beberapa server. Selain hemat biaya, perusahaan hanya membayar untuk layanan yang digunakan. Hal ini dapat diukur, karena bandwidth dan hardware dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Dari sektor adopsi teknologi, MIND Marketplace menyediakan fitur-fitur digital guna memperluas pangsa pasar Indonesia dengan Model flexible deployment  dan one stop shop bagi konsumen global untuk mencari barang dan jasa Indonesia. MIND Marketplace menyediakan services handal dan User Interface (UI) mulai dari UX landing page, page speed, pencarian kata kunci, kategori, lokasi, dan lain-lainya.

Dalam hal inovasi berbasis riset, MIND Marketplace hadir sebagai upaya untuk mengglobalkan produk asli indonesia dan sektor UMKM agar lebih mendunia. Hal ini penting mengingat defisit neraca perdagangan di Indonesia di Januari 2019 ini ialah US$ 1,16 miliar. Defisit Januari 2019 ini disebabkan oleh defisit migas US$ 454,8 juta dan nonmigas US$ 704 juta. Dengan berkaca dari problema tersebut, MIND Marketplace mengeluarkan inovasi sebagai sebuah platform yang mempu menduniakan produk dan bisnis di Indonesia. Karena MIND berkomitmen untuk mendorong defisit ekspor menjadi surplus ekspor.

Dalam hal peningkatan kreatifitas para pebisnis di Indonesia, MIND Marketplace akan memberikan pelatihan dan pemahaman bisnis dan digitalisasi kepada UKM di Indonesia melalui MIND University. Meski banyak lembaga pemerintah dan non-pemerintah yang terlibat dalam penyediaan Pengembangan Usaha UKM, sebagian besar UKM tidak mengetahui program-program pengembangan bisnis yang ada ditambah mereka  sulit untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana cara berpartisipasi dalam usaha pengembangan bisnis tersebut hingga proses ekspor produk ke luar negeri.

Di MIND University, MIND akan meningkatkan keterampilan UKM yang terkait dengan ekspor dan program seperti konsorsium atau koperasi dengan berorientasi ekspor yang memungkinkan UKM mendapatkan paparan langsung dengan kegiatan ekspor. Dalam hal keterbatasan modal, MIND Marketplace akan bekerja sama dengan para investor yang mau berinvestasi pada start up atau usaha kecil menengah (Angel investor), modal ventura, platform layanan keuangan swasta, badan pemerintah dan lembaga perbankan baik swasta maupun BUMN.

Akhirnya, meskipun keberadaan E-Commerce meningkat dan memberikan banyak manfaat baik secara global maupun nasional sebagian besar bisnis justru tidak memanfaatkan keberadaan E-Commerce  ini dengan baik. Maka dari itu MIND marketplace mengatasi masalah utama dalam rendahnya implementasi E-commerce dengan menyediakan marketplace yang didukung ekosistem digital bagi semua sektor bisnis di Indonesia.

 

Comments

No posts found

Write a review