Memberdayakan Ekonomi Pesantren

28 Apr 2021

Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintah mendorong agar pesantren juga mengajarkan dan melatih kewirausahaan di luar pendidikan agama yang diberikan guna pemberdayaan ekonomi umat.

Menurut Chairul Saleh, Asisten Deputi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Kewirausahaan di Kementerian Koordinator Perekonomian, pemerintah telah menyiapkan sejumlah program pemberdayaan ekonomi pesantren dan pembiayaan syariah yang akan diterapkan pasca-wabah Covid-19.

“Bukan cuma pesantren, tetapi juga menjangkau ke komunitas lain seperti ormas [organisasi massa],” kata Chairul dalam webinar bertajuk “Pesantren Goes Digital: One Pesantren One Product” di Jakarta, Selasa (27/4/2021).

Selama ini, pesantren lebih dikenal sebagai lembaga yang fokus mengajarkan pendidikan agama tanpa dibekali pengetahuan dan keterampilan yang memadai di bidang kewirausahaan.

Dengan makin banyaknya pelatihan kewirausahaan untuk pesantren, diharapkan bisa memberi bekal kepada para santri untuk membangun ekonomi pesantren, kata Chairul.

Mengutip studi dari Global Enterpreneurship Monitor (GEM) 2019, Chairul mengatakan, dari 1.388 pelaku UKM hanya 10,7% yang pernah memperoleh dukungan pelatihan, pendampingan, inkubasi dan dukungan teknis.

Sementara itu, menurut studi British Council di tahun yang sama, 30% pelaku usaha memperoleh pelatihan, 15% mendapatkan fasilitas inkubasi dan selebihnya, 55% membangun usaha dengan biaya pribadi.

Circular Economy
Dalam webinar yang digelar saat Ramadan ini, Ketua Medco Foundation Roni Pramaditia mengatakan pemberdayaan ekonomi pesantren bisa mengikuti pola circular economy, di mana kegiatan ekonomi dan pemanfaatan produk ekonomi bisa dilaksanakan di sebuah daerah tertentu.

Dia mencontohkan program circular economy di daerah relatif terpencil seperti Merauke, Papua. Masyarakat di Merauke diajari cara memanfaatkan sumber daya di sana yang bisa menghasilkan tenaga listrik terbarukan dan menggarap lahan pertanian dan peternakan.

Hasilnya kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat lokal.

“Semua hasilnya bisa dimanfaatkan bahkan sampai sampah yang dijadikan pupuk. Kita perlu memikirkan bagaimana circular economy ini bisa diterapkan ke daerah lain,” kata Roni.

Dia menambahkan yayasan yang dipimpinnya sudah menyelenggarakan pelatihan untuk beberapa pesantren di Jawa Barat dan dihubungkan dengan pemodal ventura lokal sebagai sumber pendanaan.

“Program yang sudah dijalankan antara lain ternak domba dan program ‘santri-preunership’ di Bogor. Santri-santri muda lulusan program ini diharapkan bisa menginisiasi usaha ekonomi di pesantren,” tambah Roni.

Pada kesempatan itu, Sales Manager Madeinindonesia.com Giovanny Tutupoly menjelaskan bagaimana platform B2B e-commerce global ini bisa membantu pesantren dan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) memperluas akses pasar dan menjual produknya.

“Pesantren diberikan keanggotaan premium membership gratis setahun senilai Rp 15 juta,” katanya.

Dalam webinar yang sama, CEO Kaya.id Nita Kartikasari menekankan bahwa produk yang dihasilkan kelompok UKM bisa bersaing dengan produk perusahaan yang lebih besar.

“UKM harus berpikir besar -- think big! Jangan cuma jualan produk tetapi harus memikirkan bagaimana menjaga kelangsungan bisnis ke depan,” kata Nita.

Nita juga menekankan pentingnya brand atau jenama untuk sebuah produk.

“Konsumen tidak cuma memilih brand Anda. Mereka merasa connected, terhubung, dengan produk Anda,” katanya.

Webinar tersebut dihadiri lebih dari 140 peserta dari berbagai pesantren. Mereka dengan antusias mengajukan pertanyaan misalnya bagaimana membangun jenama yang kuat untuk produk mereka, bagaimana mengurus sertifikasi halal, atau dan bagaimana memperoleh pendanaan.

Merespons pertanyaan itu, Agis Setia Budiman dari Bank Syariah Indonesia mengatakan bahwa pihaknya menyediakan kredit usaha rakyat (KUR) untuk investasi dan usaha murabahah, khususnya usaha yang berjalan baru enam bulan.

“Mereka bisa mendapatkan kredit 50 juta tanpa jaminan,” janjinya.

Sumber:https://www.beritasatu.com/ekonomi/766637/memberdayakan-ekonomi-pesantren